MAKALAH PENYEBAB PENYAKIT
GIGI DAN MULUT
“KARIES DAN PERIODONTAL”
Di susun oleh:
Tiffanni Rismaya Dewi
(P1337425216033)
D
IV KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
kesehatan gigi merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan
secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak
luas yang meliputi: faktor fisik, mental maupun sosial bagi individu yang
menderita penyakit gigi. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada
sistem pencernaan dalam tubuh manusia. Masalah utama kesehatan gigi dan mulut
pada anak ialah karies gigi. (Worotitjan, Mintjelungan, Gunawan, 2013:60).
Dalam Kamus
Kedokteran Gigi, dental caries adalah suatu penyakit yang
mengakibatkan
demineralisasi, kavitasi, dan hancurnya jaringan keras gigi oleh aktivitas mikroba.
Karies
gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan,
dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin, dan meluas ke arah pulpa. Karies dikarenakan
berbagai sebab, diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme dan air ludah,
permukaan dan bentuk gigi, serta dua bakteri yang paling umum bertanggungjawab
untuk gigi berlubang adalah Streptococcus
mutans dan Lactobacillus. Jika
dibiarkan tidak diobati, penyakit dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan
gigi, dan infeksi. (Tarigan, 2013:1).
Dental caries bersifat progresif dan apabila
tidak dikontrol, lesi akan terus berkembang meluas ke pulpa, merusak seluruh
mahkota gigi dan menyebabkan peningkatan rasa sakit dan inflamasi yang pada
akhirnya menyebabkan nekrosis pada pulpa dan hilangnya vitalitas gigi. Dental
caries terjadi bila demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi karies di antaranya adalah plak, frekuensi
asupan karbohidrat, saliva dan flouride. Karies yang tidak terkontrol
lama-kelamaan akan semakin dalam menuju ke dentin, hingga ke pulpa, sampai ke
jaringan periodontal gigi. Jika sudah sampai tahap ini, gigi tidak bisa
tertolong lagi karena jaringannya sudah mati.
Penyakit periodontal adalah
penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi, yaitu gingiva/gusi serta
jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang
penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Penyakit periodontal merupakan salah satu
penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan
masyarakat menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Namun
studi etiologi, pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa
penyakit ini dapat dicegah. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan
periodontal adalah gingivitis dan periodontitis.
Hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018 menyebutkan
bahwa 93 persen anak usia dini, yakni dalam rentang usia 5-6 tahun, mengalami gigi berlubang. Ini
berarti hanya tujuh persen anak di Indonesia yang bebas dari masalah karies gigi. Disampaikan
Prof. drg. Anton Raharjo dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia,
hasil Riskesdas 2018 ini juga menunjukkan bahwa rata-rata anak-anak usia 5-6
tahun mengalami lubang pada delapan giginya. Maka dari itu, perlu adanya
upaya-upaya kegiatan promotif dan preventif tentang kesehatan gigi sedini
mungkin agar presentase penyakit gigi dan mulut dapat menurun.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan karies gigi?
2.
Apa sajakah faktor-faktor penyebab karies gigi?
3.
Bagaimana mekanisme perjalanan karies gigi?
4.
Apa pengertian dari penyakit periodontal?
5.
Apa sajakah yang menyebabkan penyakit periodontal?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan karies gigi
2.
Untuk mengetahui apa sajakah faktor-faktor penyebab
karies gigi
3.
Untuk mengetahui mekanisme perjalanan karies gigi
4.
Untuk mengetahui apa pengertian dari penyakit
periodontal
5.
Untuk mengetahui apa sajakah yang menyebabkan penyakit
periodontal
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
KARIES GIGI
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang
ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi mulai dari
email, dentin, dan meluas ke arah pulpa.
Karies dikarenakan berbagai sebab, diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme
dan air ludah, permukaan dan bentuk gigi, serta dua bakteri yang paling umum
bertanggungjawab untuk gigi berlubang adalah Streptococcus mutans dan Lactobacillus.
Jika dibiarkan tidak diobati, penyakit dapat menyebabkan rasa sakit,
kehilangan gigi, dan infeksi. (Tarigan, 2013:1).
Dental caries bersifat progresif dan apabila tidak dikontrol, lesi akan
terus berkembang meluas ke pulpa, merusak seluruh mahkota gigi dan menyebabkan
peningkatan rasa sakit dan inflamasi yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis
pada pulpa dan hilangnya vitalitas gigi. Dental caries terjadi bila
demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi karies di antaranya adalah plak, frekuensi asupan karbohidrat,
saliva dan flouride. Plak merupakan
lapisan bahan kompleks polisakarida semitransparan yang mengandung organisme
pathogen, melekat kuat pada permukaan email yang halus dan juga bertumpuk di
daerah alur (groove) dan fisur yang dalam. Untuk dapat bertahan hidup, bakteri
patogen tersebut memetabolismekan monosakarida dan disakarida yang berasal dari
asupan karbohidrat dan menghasilkan asam yang dapat menyebabkan karies. Namun,
di dalam saliva mengandung flouride yang dapat mencegah terjadinya karies tersebut.
B.
MANIFESTASI
KARIES GIGI
Proses
terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa
(gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu
yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis
(5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi
(Suryawati, 2010).
Secara
perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui
lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru
timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu
banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak
secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Bakteri
dari plak dan sisa makanan akan bermetabolisme membentuk asam di gigi yang akan
meremineralisasi lapisan gigi sehingga menimbulkan lesi hitam di permukaan
gigi. Jika lesi ini tidak tertangani maka akan merusak permukaan gigi yang ada
dibawahnya.
Skema Perjalanan Karies Gigi
Plak (Bakteri) + Sisa Makanan
==>Bermetabolisme menjadi asam => Remineralisasi Permukaan gigi
=>Karies
C.
PENYEBAB
KARIES GIGI
Ada empat kriteria utama yang
diperlukan untuk pembentukan karies: permukaan gigi (email atau dentin),
bakteri penyebab karies, substrat atau makanan (seperti sukrosa), dan waktu.
Proses karies tidak memiliki hasil yang tak terelakkan, dan setiap individu berbeda
terhadap kerentanan tergantung pada bentuk gigi, kebiasaan kebersihan mulut,
dan kapasitas produksi saliva mereka. (Hongini, Aditiawarman, 2012: 40).
Faktor Penyebab Terjadinya Karies:
1)
Host (Gigi)
Gigi sebagai tuan rumah untuk
hidupnya mikroorganisme yang ada dalam mulut.
Sembilan puluh enam persen dari enamel gigi terdiri dari mineral,
mineral ini terutama hidroksiapit, akan menjadi larut bila terkena lingkungan
asam. Pada gigi produksi saliva memainkan peranan penting terhadap kemungkinan
terjadinya karies gigi. Kuman akan menempel pada permukaan gigi dan bagian yang
tidak dapat dibersihkan dengan air liur. Jika gigi kesulitan dibersihkan oleh
air liur maka bakteri akan diubah menjadi asam yang dapat membentuk lubang
kecil pada permukaan gigi.
2)
Agent
(Bakteri)
Mulut mengandung berbagai bakteri
mulut, tetapi hanya beberapa spesies
tertentu dari bakteri yang diyakini menyebabkan gigi karies: Streptococcus Mutans dan Lactobacillus diantara mereka. Lactobacillus Acidopilus, Actynomices
Piscoccus, Nocardia spp, dan Streptococcus
Mutans yang paling dekat hubungannya dengan karies. Bakteri akan
memanfaatkan makanan terutama yang mengandung tinggi gula untuk energi dan
menghasilkan asam.
3)
Substrat
atau makanan
Dalam kehidupan sehari-hari kita
makan-makanan yang bermacam-macam. Makanan seperti nasi, sayuran,
kacang-kacangan. Selain itu juga jenis makanan yang lengket, lunak, dan mudah
terselip di gigi dan sisa makanan yang tertinggal pada permukaan gigi bila
tidak segera dibersihkan maka akan menimbulkan bakteri sehingga merusak gigi.
Frekuensi makan lebih dari tiga kali sehari, seperti 20 menit 1 kali makan
makanan manis sehingga kerusakan gigi akan lebih cepat. (Irma, Intan, 2013:19).
4)
Environtment (Lingkungan)
Lingkungan dalam hal ini ialah morfologi dari gigi dan
saliva yang tiap orang berbeda-beda. Gigi yang susunannya teratur akan mudah
dibersihkan dan tidak mudah terkena karies daripada gigi yang berjejal karena
sulit dibersihkan. Lingkungan yang kedua yaitu saliva adalah cairan rongga
mulut yang dihasilkan oleh 3 pasang kelenjar saliva besar, yaitu parotis,
submandibularis, dan sublingualis, kelenjar saliva minor, dan cairan dari
sulkus gingival ( Thylstrup & Feyerskov, 1996). Komposisi dari saliva
berupa 99% air dan sisanya terdiri dari bahan organik, bahan anorganik, dan
molekul-molekul makro termasuk bahan antimikroba. Saliva pun memiliki sistem antibakterial
yang sangat penting dalam pencegahan karies. Orang yang mempunyai Ph saliva
asam cenderung lebih mudah terkena penyakit karies daripada orang yang
mempunyai pH basa.
5)
Waktu
Proses karies dapat mulai dalam
beberapa hari gigi tersebut meletus ke dalam mulut jika diet tersebut cukup
kaya karbohidrat yang cocok. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan
kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses
karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih
berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada didalam lingkungan gigi, maka karies
tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan
atau tahun. (Hongini, Aditiawarman, 2012: 42).
D.
DEFINISI
PENYAKIT PERIODONTAL
Penyakit
periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi, yaitu
gingiva/gusi serta jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan
antara gigi dan tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Penyakit yang
paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan
periodontitis.
Gingivitis
adalah peradangan pada gusi yang disebabkan bakteri dengan tanda-tanda klinis
perubahan warna lebih merah dari normal, gusi bengkak dan berdarah pada tekanan
ringan. Penderita biasanya tidak merasa sakit pada gusi. Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gusi dapat kembali
normal apabila dilakukan pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur.
Periodontitis menunjukkan peradangan yang sudah mengenai jaringan pendukung
gigi yang lebih dalam. Penyakit ini bersifat progresif, biasanya dijumpai
antara usia 30-40 tahun dan bersifat irreversible/tidak
dapat kembali normal seperti semula, yaitu apabila tidak dirawat dapat
menyebabkan kehilangan gigi dan bila gigi tersebut sampai hilang/tanggal
berarti terjadi kegagalan dalam mempertahankan keberadaan gigi di dalam rongga
mulut seumur hidup.
Periodontitis
adalah infeksi gusi yang merusak jaringan lunak dan tulang periodontal atau
tulang penyangga gigi. Porphyromonas Gingivalis merupakan bakteri coccobacillus gram negatif anaerob obligat di rongga
mulut yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan periodontal pada manusia.
E.
PENYEBAB
PENYAKIT PERIODONTAL
Periodontitis disebabkan oleh faktor lokal antara lain adalah radang gusi yang tidak
terobati. Peradangan ini dipicu oleh penumpukan plak sehingga lambat laun
membentuk karang gigi sebagai media berkembangbiaknya bakteri. Karang gigi yang
tidak dibersihkan kemudian akan semakin parah masuk ke dalam gusi sehingga gusi
terdorong dan menyebabkan gigi linu serta rusaknya jaringan periodontal.
Bakteri yang awalnya hanya mengiritasi bagian gusi di sekitar gigi (gingiva),
lambat laun menyebabkan terbentuknya celah atau kantong pada gusi yang
memisahkan antara jaringan gusi dengan gigi sehingga menyebabkan gigi mudah
tanggal. Bakteri tersebut akan menginfeksi lebih dalam lagi hingga merusak
jaringan dan tulang di dalam gusi. Faktor lokal yang lain adalah trauma oklusi,
mouth breathing, dan impaction.
Selain radang gusi yang tidak terobati, terdapat beberapa faktor sistemik
yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena periodontitis. Di antanya
adalah merokok, obesitas,
kurang gizi, konsumsi obat-obatan yang mengurangi produksi air liur, perubahan
hormon seperti saat menstruasi
dan kehamilan, atau penyakit-penyakit tertentu, seperti diabetes dan leukemia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Karies gigi adalah suatu proses remineralisasi atau rusaknya lapisan
permukaan gigi yang disebabkan oleh bakteri pada plak dan sisa makanan yang
tidak dibersihkan. Terdapat beberapa faktor penyebab penyakit gigi berlubang
diantaranya adalah agen, host, substrat, lingkungan, dan waktu. Karies gigi
yang tidak segera ditangani lambat laun akan semakin ke dalam merusak gigi
bahkan dapat merusak jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal adalah
penyakit yang merusak jaringan periondontal gigi. Diantaranya ada gingivitis
dan periodontitis. Periodontitis dapat terjadi karena gingivitis yang tidak
terkontrol sehingga merusak periodontal. Dapat terjadi karena karies gigi,
karang gigi yang menumpuk, trauma oklusi, serta karena pengaruh penyakit
sistemik seperti diabetes, hiv, leukimia, dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bathla, Shalu. 2012. Periodontics
Revisited. JP Medical Ltd
Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Hipokrates, 2004
:1,8-12,36-48.
Irma
Z Indah, & Intan Ayu,S. (2013). Penyakit Gigi, Mulut dan THT.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Manson, J.
D. dan B. M. Eley. 2013. Buku
Ajar Periodonti. Jakarta: Hipokrate
Michael GN.,
Henry HT.,Fermin AC. 2002. Chronic Periodontitis. Carranza's clinical
periodontology-9th ed. W.B. Saunders Company: Philadelphia.
RISKEDAS
TAHUN 2018