Promkes

Dinas Kesehatan Mengadakan Workshop Bagi Petugas Promosi Kesehatan

Ditulis pada  Senin, 25 Feb 2019  oleh: PUSKESMAS
TEMANGGUNG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Temanggung mengadakan workshop bagi petugas promosi kesehatan (Promkes) se - Kabupaten Temanggung dan anggota Saka Bakti Husada (SBH) binaan Dinas Kesehatan di aula Paradigma Sehat, Sabtu (23/2) dan Senin (25/2). Kegiatan diikuti 60 peserta dari petugas promosi kesehatan puskesmas se-Temanggung dan anggota Saka Bakti Husada (SBH).
Menurut Samudi, Kasie Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, workshop jurnalistik ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada petugas promkes dalam menulis berita. Kegiatan ini dilakukan guna meningkatkan kemampuan dan kompetensi petugas promkes dibidang jurnalistik. 
Penyampaian materi hari Sabtu (23/2) dilakukan dengan pemberian materi tentang teknik menulis berita, jurnalisme online dan teknik pengambilan foto. Sedangkan pada hari Senin (25/2) petugas promkes diberikan waktu untuk menulis berita dengan teknik yang sudah diberikan sebelumnya.
Staf Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan, Meidina Fitriyani mengatakan, Kegiatan dilakukan dua hari dengan mendatangkan narasumber dari Forum Jurnalistik Temanggung yang di antaranya Raditiya Yoni Wartawan Suara Merdeka, Anis Efiyudin dari Antara Foto dan Yayan dari Tribun Jateng dengan memberikan materi dan praktek menulis berita. Diharapkan saat dilapangan petugas promkes dapat mempraktekkan langsung pembuatan berita secara langsung.
Dijelaskan salah satu narasumber, Anis Efiyudin mengatakan materi yang disampaikan diantaranya teknik menulis berita yang benar, jurnalisme online dan teknik mengambil foto jurnalistik. Jurnalistik sebenarnya bukan hal yang baru saat ini, karna secara tidak langsung petugas promkes mendokumentasikan kegiatan melalui fotografi namun belum disampaikan ke masyarakat.
Diharapkan dengan workshop jurnalistik ini petugas promkes dapat aktif memberitakan kegiatan yang ada di puskesmas dalam bentuk tulisan maupaun fotografi  melalui media online maupun cetak yang ada. (Riris/Puskesmas Tembarak)

Artikel Karang Gigi

KARANG GIGI

Setiap orang tentu ingin memiliki senyum yang menawan dengan gigi yang sehat. Namun apa yang terjadi jika kita memiliki karang gigi?


Karang gigi juga disebut tartar atau calculus terbentuk dibawah dan atas garis gusi yang memiliki struktur kasar dan berpori. Karang gigi dapat menyebabkan pengikisan gusi dan penyakit pada gusi. Karang gigi harus dihilangkan dengan alat tertentu yang akan dilakukan oleh dokter gigi.

Karang gigi terbentuk oleh sisa makanan, bakteri dan protein didalam mulut. Karang gigi dapat menyebabkan gigi berlubang dan penyakit gusi karena membuat proses membersihkan gigi lebih sulit. Karang gigi yang berada diatas gusi dapat mengiritasi dan menyebabkan penyakit pada gusi. Contoh penyakit gusi yang dapat terjadi karena karang gigi adalah gingivitis dan periodontis. Karang gigi dapat dihilangkan atau disembuhkan dengan rajin menggosok gigi, menggunakan obat kumur antiseptik  dan pembersihan rutin dari dokter gigi.

Apa penyebab munculnya karang gigi?
  1. Rutinitas dan cara menyikat gigi yang tidak benar.
    Kebiasaan kita menyikat gigi baik dari segi waktu dan cara yang tidak benar dapat menjadi faktor munculnya karang gigi.
  2. Tidak menggunakan benang gigi meski menyikat gigi secara rutin.
  3. Tidak menggunakan obat kumur setelah menyikat gigi.
  4. Tidak membersihkan lidah.
  5. Kurang mengkonsumsi buah dan sayuran.
  6. Kurang mengkonsumsi air putih sehingga rongga mulut tidak segar.
Penanganan dan pencegahan
Penanganan dan pencegahan
Penanganan karang gigi tetap harus dilakukan oleh dokter sengan teknik tertentu. Namun agar karang gigi tidak muncul kembali perlu dilakukan tindakan pencegahan yaitu:
  1. Menggosok gigi dua kali sehari dan sehabis makan dengan menggunakan sikat yang lembut.
  2. Gunakan pasta gigi yang mengandung  fluoride dan triclosan.
    Fluoride akan membantu memperbaiki kerusakan gigi. Triclosan akan membantu melawan bakteri dalam karang gigi.
  3. Gunakan benang gigi untuk membantu menghilangkan karang gigi.
  4. Kumur dengan menggunakan obat kumur antiseptik untuk membantu membunuh bakteri penyebab karang gigi.
  5. Batasi makanan yang mengandung tepung dan manis.
    Makanan-makanan tersebut akan menyebabkan bakteri semakin banyak karena tepung dan gula merupakan sumber makanan bagi bakteri.
  6. Berhenti merokok
Merokok atau penggunaan produk tembakau oral dapat menyebabkan karang gigi.
Sumber :
  1. http://www.webmd.com/oral-health/guide/tartar-dental-calculus-overview?page=2
  2. http://www.tanyapepsodent.com/articles-list/plak-karang-gigi/faktor-penyebab-terbentuknya-plak?gclid=CNbb3PjLjs8CFZQPaAodi9QNEw&gclsrc=aw.ds
  3. https://kesehatangigi.blogspot.co.id/2014/06/5-cara-mencegah-munculnya-karang-gigi.html

Pembinaan Kader Posbindu

PEMBINAAN KADER POSBINDU PUSKESMAS TEMBARAK KABUPATEN TEMANGGUNG

Ditulis pada  Kamis, 26 Sep 2019  oleh: PUSKESMAS
Tembarak - Pos Binaan Terpadu (POSBINDU) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular terintegrasi serta gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu. Posbindu dilakukan guna mendeteksi dini penyakit tidak menular yang ada y di masyarakat. Sasaran Posbindu adalah wanita dan laki-laki usia produktif yaitu usia 15 tahun - 59 tahun.
Dalam rangka peningkatan keterampilan kader Posbindu, Rabu 26 September 2019 Puskesmas Tembarak melakukan pembinaan Kader Posbindu di Aula Puskesmas Tembarak. Pembinaan kader ini dibuka langsung oleh Kepala Puskesmas Tembarak dr Dewi Susanti. Pengisi materi di antaranya Heri Riwaynto selaku programer Penyakti Menular yang kali ini dalam acara pembinaan mengisi materi tentang Penyakit Tidak Menular. selain itu materi tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) juga isi oleh Petugas Promosi Kesehatan Ngulya Kamelia. materi terakhir di isi dengan praktek langsung penggunaan Posbindu Kit oleh Riris Prihantini Tridati selaku programer Penyakit Tidak Menular dan Fitriyah selaku Laborat Puskesmas Tembarak.
Antusias kader sangat tinggi karena ini merupakan pembinaan kader Posbindu pertama kali yang dilakukan Puskesmas dengan pemberian alat baru dari Dinas Kesehatan Temanggung.

HUBUNGAN PENYAKIT DIABETES SEBAGAI MANIFESTASI PADA RONGGA MULUT




TUGAS
HUBUNGAN PENYAKIT DIABETES SEBAGAI MANIFESTASI PADA RONGGA MULUT





Disusun Oleh :
Tiffanni Rismaya Dewi
NIM.P1337425216033

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
PRODI DIV KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2017/2018



BAB I
PENDAHULUAN

A.        LATAR BELAKANG
Jumlah penderita Diabetes Mellitus atau yang biasa dikenal oleh masyarakat awam sebagai penyakit kencing manis semakin meningkat tiap tahunnya. Dari data yang dilansir WHO, Indonesia menempati urutan keempat dalam urutan negara-negara yang memiliki jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia. Dalam menjalankan praktik dokter gigi seringkali ditemukan adanya gigi sehat yang goyang tanpa mengalami lubang gigi. Setelah dilakukan pemeriksaan baik didalam mulut maupun laboratorium ditemukan tanda-tanda adanya gigi goyang pada semua gigi disertai adanya aroma aceton yang merupakan salah satu ciri khas pada penderita Diabetus Melitus, dari hasil laboratorium didapatkan kadar gula darah sewaktu diatas 200 mg/dl, ini menunjukkan kadar gula darah tinggi (normal 120 mg/dl ).
Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme tubuh dimana hormon insulin tidak bekerja sebagai mana mestinya. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas dan berfungsi untuk mengontrol kadar gula dalam darah dengan mengubah karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi.
Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/dl. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pembentukan atau keaktifan insulin yang dihasilkan oleh sel beta dari pulau-pulau Langerhans di Pankreas atau adanya kerusakan pada pulau Langerhans itu sendirI.
Diabetes Mellitus dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) disebut Diabetes Mellitus tipe 1, Serta Non insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus tipe 2. Pada penderita Diabetes tipe 1, kelenjar pankreas tidak mampu memproduksi insulin, sehingga jumlah insulin beredar dalam tubuh tidak mencukupi kebutuhan. Lain halnya pada Diabetes tipe 2, Hormon Insulin tetap diproduksi namun tidak dapat berfungsi dengan baik. Menurut Prof. Sidartawan, Sp.PD, sebagian besar penderita Diabetes di Indonesia mengidap Diabetes tipe 2. Diabetes tipe 3 ini secara umum biasa dikaitkan dengan usia lanjut. Diabetes tipe 2 ini juga disebabkan karena obesitas (kegemukan) dan gaya hidup yang tidak sehat (pola makan tinggi lemak, dan jarang berolah raga).
Diagnosis khas DM pada umumnya adalah bahwa terdapat keluhan khas DM yaitu : Poli uria (banyak kencing), Polidipsia (banyak minum), Polifagia (banyak makan), dan penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya, dan keluhan lainnya seperti : kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, pruritis vulva pada wanita. Kedua tipe ini ditandai dengan hiperglikemi, hiperlipidemi, dan komplikasi lainnya. Diabetes Mellitus mempunyai komplikasi yang utama, yaitu: mikroangiopati, nefropati, neuropati, penyakit makro vaskuler dan penyembuhan luka yang lambat.

  
BAB II
ISI
A.   RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka penyakit diabetes melitus ini merupakan salah satu penyakit yang dapat memanifestasi dalam rongga mulut. Berikut merupakan manifestasi diabetes melitus pada rongga mulut antara lain: Xerostomia (Mulut Kering), Gingivitis dan Periodontitis, Stomatitis Apthosa (Sariawan), rasa mulut terbakar, Oral thrush, Dental caries (karies gigi).
B.    MANIFESTASI DIABETES MELITUS PADA RONGGA MULUT
1.    Xerostomia (Mulut Kering)
Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air liur), sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di mana alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun maka akan menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), lubang gigi, dan bisa menjadi ladang subur bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang.
Berdasarkan literatur yang saya dapatkan bahwa pada penderita diabetes salah satu tandanya adalah Poliuria, dimana penderita banyak buang air kecil sehingga cairan di dalam tubuh berkurang yang dapat mengakibatkan jumlah saliva berkurang dan mulut terasa kering, sehingga disarankan pada penderita untuk mengkonsumsi buah yang asam sehingga dapat merangsang kelenjar air liur untuk mengeluarkan air liur.
2.     Gingivitis dan Periodontitis
 Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang). Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, Sedangkan periodontitis adalah 4 penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Dan hal ini menjadi lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada penderita Diabetes lebih berat.
Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang memperberat periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan faktor sistemik atau kondisi tubuh secara umum.
Rusaknya jaringan Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang. Angka kasus penyakit periodontal di masyarakat cukup tinggi meski banyak yang tidak menyadarinya, dan penyakit ini merupakan penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa.
Dari seluruh komplikasi Diabetes Melitus, Periodontitis merupakan komplikasi nomor enam terbesar di antara berbagai macam penyakit dan Diabetes Melitus adalah komplikasi nomor satu terbesar khusus di rongga mulut. Hampir sekitar 80% pasien Diabetes Melitus gusinya bermasalah. Tanda-tanda periodontitis antara lain pasien mengeluh gusinya mudah berdarah, warna gusi menjadi mengkilat, tekstur kulit jeruknya (stippling) hilang, kantong gusi menjadi dalam, dan ada kerusakan tulang di sekitar gigi, pasien mengeluh giginya goyah sehingga mudah lepas.
Menurut teori yang saya dapatkan hal tersebut diakibatkan berkurangnya jumlah air liur, sehingga terjadi penumpukan sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi dan mengakibatkan gusi menjadi infeksi dan mudah berdarah.
3.       Stomatitis Apthosa (Sariawan)
Meski sariawan biasa dialami oleh banyak orang, namun penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi parah jika dialami oleh penderita diabetes. Penderita Diabetes sangat rentan terkena infeksi jamur dalam mulut dan lidah yang kemudian menimbulkan penyakit sejenis sariawan. Sariawan ini disebabkan oleh jamur yang berkembang seiring naiknya tingkat gula dalam darah dan air liur penderita diabetes.
4.       Rasa mulut terbakar
Penderita diabetes biasanya mengeluh tentang terasa terbakar atau mati rasa pada mulutnya. Biasanya, penderita diabetes juga dapat mengalami mati rasa pada bagian wajah.
5.         Oral thrush
Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi infeksi sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah. Apalagi penderita diabetes yang merokok, risiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar. Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang disebabkan oleh jamur, sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut. Pada penderita Diabetes Melites kronis dimana tubuh rentan terhadap infeksi sehingga sering menggunakan antibiotik dapat mengganggu keseimbangan kuman di dalam mulut yang mengakibatkan jamur candida berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkant thrush. Dari hasil pengamatan saya selama berpraktik sebagai dokter gigi yang ditandai dengan adanya lapisan putih kekuningan pada lidah, tonsil maupun kerongkongan.
6.         Dental Caries (Karies Gigi)
 Diabetes Mellitus bisa merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya dan jumlah dari karies. Keadaan tersebut diperkirakan karena pada diabetes aliran cairan darah mengandung banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik. (2) Karies gigi dapat terjadi karena interaksi dari 4 faktor yaitu gigi, substrat , kuman dan waktu. Pada penderita Diabetes Melitus telah diketahui bahwa jumlah air liur berkurang sehingga makanan melekat pada permukaan gigi, dan bila yang melekat adalah makanan dari golongan karbohidrat bercampur dengan kuman yang ada pada permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman didalam mulut menurun, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang atau caries gigi.

MENGAPA TERJADI PENURUNAN STATUS KESEHATAN GIGI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS?

Pada Diabetes Melitus dengan kondisi kebersihan mulut yang jelek dan adanya angiopati diabetik menyebabkan suplai oksigen berkurang sehingga bakteri anaerob mudah berkembang. Karies gigi terjadi oleh karena bakteri-bakteri tertentu yang mempunyai sifat membentuk asam, sehingga pH rendah dapat menyebabkan pelarutan progresif mineral enamel secara perlahan dan membentuk fokus perlubangan.
Pasien dengan Diabetes Mellitus lama yang tidak terkontrol akan berpengaruh pada karies gigi, karena bertambahnya karbohidrat yang dapat difermentasikan di dalam saliva penderita dan merupakan medium yang sesuai untuk pembentukan asam sehingga memudahkan terjadinya karies.
Karena di mulut ada jutaan bakteri yang dibutuhkan (flora normal). Tetapi ada bakteribakteri tertentu yang disebut bakteri periodonpatik, karena bakteri ini khas terdapat pada jaringan periodontal atau disebut bakteri gram negatif yang anaerob (bakteri yang mampu hidup tanpa oksigen).
Penderita Diabetes Melitus bila mengalami periodontitis lebih parah daripada orang yang sehat, dikarenakan Pertama, daya tahan tubuh penderita Diabetes Melitus rendah dibandingkan orang sehat. Sel-sel pertahanan tubuh (monocyt, neutrophil, dan makrofag) juga lemah fungsinya.
Pada saat mulut mengalami periodontitis sel-sel pertahanan tubuh akan mengeluarkan TNF-alfa (Tumor Necrosis Factor). Menurut lembaga kesehatan AS, Mayo Clinic, protein ini berfungsi memobilisasi sel darah putih untuk melawan infeksi dan antigen lainnya. Sayangnya, hal ini mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Karena tubuh jadi tidak mampu memanfaatkan insulin yang diproduksi pankreas.

BAGAIMANA CARA PENCEGAHAN DAN PENINGKATKAN KESEHATAN RONGGA MULUT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS?
Berikut hal-hal yang perlu dilakukan oleh penderita Diabetes Mellitus agar dapat menjaga atau mengupayakan supaya kesehatan rongga mulut tetap terjaga dengan baik :
· Pertama dan yang terpenting adalah mengontrol kadar gula darah.
· Kemudian rawat gigi dan gusi, serta ke dokter gigi untuk pemeriksaan rutin setiap enam bulan.
 · Untuk mengontrol sariawan dan infeksi jamur, serta hindari merokok.
· Kontrol gula darah yang baik juga dapat membantu mencegah atau meringankan mulut kering yang disebabkan oleh diabetes.
· Menggunakan dental floss paling tidak sekali sehari untuk mencegah plak muncul di gigi.
· Menggunakan pembersih mulut anti bakteri untuk mengurangi jumlah bakteri penyebab sakit gigi pada mulut.
· Menggosok gigi, terutama setelah makan. Gunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut.
· Perbaiki pola hidup, jauhkan dari penyebab stres.
· Bila ada gigi yang tanggal harus segera ''diganti''.
· Jangan lupa informasikan mengenai kondisi diabetes bila berkunjung ke dokter gigi, terutama bila hendak mencabut gigi.
· Kecuali sangat mendesak, sebaiknya hindari perawatan gigi bila kadar gula darah sedang tinggi. Turunkan dahulu kadar gula darah, baru kunjungi dokter gigi kembali.
· Pemakaian alat-alat seperti gigi tiruan atau kawat orthodontik perlu mendapat perhatian khusus. Pemakai gigi tiruan harus melepas gigi tiruan sebelum tidur dan dibersihkan dengan seksama agar meminimalkan kemungkinan terjadinya infeksi jamur karena kebersihan yang tidak terjaga.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Jadi faktor – fakrot yang harus diperhatikan mengenai kesehatan gigi dan mulut pada penderita diabetes adalah :
 1. Jaga kadar gula darah sedekat mungkin dengan kadar gula darah normal, terutama dengan cara menerapkan gaya hidup sehat.
2. Jaga kebersihan gigi dan mulut sebaik mungkin, agar memperkecil resiko terjadinya karies, gingivitis, ataupun periodontitis.Masalah yang terjadi di rongga mulut penderita diabetes dapat mengarah ke penyakit lain.
3. Jangan lupa informasikan mengenai kondisi diabetes bila berkunjung ke dokter gigi, terutama bila hendak mencabut gigi. Seperti yang telah dijelaskan di atas, luka pada penderita diabetes sukar sembuh. Ini termasuk juga luka setelah pencabutan gigi. Selain itu juga ada resiko terjadinya infeksi sekunder dan pendarahan yang cukup banyak setelah tindakan oleh dokter gigi.Oleh karena itu dokter gigi akan memberikan tindakan pramedikasi bila dipandang perlu, sebelum melakukan tindakan perawatan pada penderita diabetes.
4. Kecuali sangat mendesak, sebaiknya hindari perawatan gigi bila kadar gula darah sedang tinggi. Normalkan dahulu kadar gula darah, baru kunjungi dokter gigi kembali. 8
5. Pemakaian alat-alat seperti gigi tiruan atau kawat orthodontic perlu mendapat perhatian khusus. Pemakai gigi tiruan harus melepas gigi tiruan sebelum tidur dan dibersihkan dengan seksama agar meminimalkan kemungkinan terjadinya infeksi jamur karena kebersihan yang tidak terjaga.



DAFTAR PUSTAKA

1. Sjaifoellah Noer. Buku ajar penyakit dalam Jilid I. Edisi ke-3. Jakarta : FKUI, 1996 : 571 - 622.
2. Schuurs HB. Patologi gigi-geligi, kelainan-kelainan jaringan keras gigi. Yogyakarta; UGM, 1992; 135-152.
3. Akses http://jmkiyogya.blogspot.com/2012/11/hubungan-diabetes-dengan-kesehatangigi.html. Jakarta : 2013
4. Respati, Titi Nindya.Iwanda.Hubungan diabetes mellitus dengan karies gigi .Semarang; UNDIP,2006.
5. E.Desmond Farmer, Dental Deases,Fifth edition E & S Living stone Ltd
6. Robert, P.Langlais, Graig S. Miller , Kelainan Rongga Mulut, Hipokrates 1992


FAKTOR RESIKO TERJADINYA KARIES DARI SISI FAKTOR INTERNAL MAUPUN EKSTERNAL




FAKTOR RESIKO TERJADINYA KARIES DARI SISI FAKTOR INTERNAL MAUPUN EKSTERNAL

A.   Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka. Mengingat kegunaannya yang demikian penting maka penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih jauh dari harapan, hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut yang masih diderita oleh 90% penduduknya. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia adalah penyakit periodontal dan karies gigi ( Antasari,2005).
Tingginya prevalensinya karies gigi serta belum berhasilnya usaha untuk mengatsi, mungkin disebabkan oleh faktor-faktor distribusi penduduk, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan gigi serta keturunan dalam masyarakat Indonesia. Usaha untuk mengatasinya sampai sejauh ini pun belum menunjukkan hasil nyata bila di ukur dengan indikator kesehatan gigi masyarakat yaitu prevalensi karies gigi (Anonim, 2008).
Karies gigi dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dan merupakan penyakit gigi yang paling banyak diderita oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Penyeban karies gigi adalah adanya interaksi dari berbagai faktor, diantaranya adalah faktor perilaku dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut, faktor diet, atau kebiasaan makan dan faktor ketahanan dan kekuatan gigi (WHO cit Frankari, 2004).
B.      Tinjauan Pustaka
Faktor resiko karies gigi dapat dibagi menjadi dua  kelompok yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berpengaruh langsung terhadap  biofilm  seperti Host, meliputi gigi dan saliva, Agent (Bakteri/Mikroorganisme), Environment (substrat), Time/waktu.  Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi  biofilm  secara tidak langsung seperti usia, suku bangsa, Kultur sosial penduduk, dan Kesadaran, sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigi.
Menurut Ruslawati (2001), penyebab karies gigi meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu:
1) Faktor internal
Merupakan faktor yang langsung berhubungan dengan karies gigi, yaitu:
a. Host, meliputi gigi dan saliva
Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan di bawah email. Struktur email gigi  sangat menentukan proses terjadinya karies. Gigi selalu dibasahi saliva secara normal. Pada proses pencernaan di dalam mulut terjadi kontak antara makanan, saliva dan gigi. Fungsi saliva adalah sebagai pelicin, pelindung, buffer, pembersih, dan anti bakteri. Jumlah dan isi saliva, derajat keasaman, kekentalan, dan kemampuan buffer berpengaruh pada karies. Saliva mampu meremineralisasi karies dini karena mengandung ion Ca, dan P. Saliva juga mempengaruhi pH dan komposisi mikroorganisme dalam plak (Mansjoer, 2001).
b. Agent (Bakteri/Mikroorganisme)
Mansjoer (2001) mengatakan ada 3 bakteri yang sering mengakibatkan karies yaitu:
1) Lactobacillus, bakteri ini populasinya dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Bakteri ini hanya dianggap faktor pembantu karies.
2) Streptococcus, bakteri kokus gram positif ini jumlahnya terbanyak dalam mulut dan merupakan penyebab utama karie gigi karena bakteri ini mampu memproduksi senyawa glukan (mutan) dalam jumlah yang besar dari sukrosa dengan pertolongan enzim, salah satu spesiesnya yaitu Streptococcus mutans.
3) Actinomyces, semua spesies ini memfermentasikan glukosa, terutama membentuk asam laktat, asetat, dan asam format.
 c. Environment (substrat)
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini dapat berasal dari jus, susu formula, larutan, dan makanan manis lainnya.
d. Time/waktu
Bakteri dan substrat membutuhkan waktu lama untuk demineralisasi dan progesi karies. Waktu merupakan kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Adanya kemampuan saliva untuk meremineralisasi selama proses karies, menandakan bahwa proses tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Sehingga bila saliva berada dalam lingkungan gigi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.
2) Faktor eksternal
Selain faktor internal (faktor langsung) yang berhubungan dengan karies gigi, terdapat faktor-faktor eksternal (faktor tidak langsung) yang disebut faktor resiko luar, yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor-faktor tersebut yaitu:
a. Usia
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies akan bertambah. Hal ini karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi.
b. Jenis kelamin
Prevalensi karies gigi tetap pada wanita lebih tinggi dibanding pria. Hal ini karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki, sehingga gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies.
c. Suku bangsa
Beberapa penelitian menunjukkan ada perbedaan pendapat tentang hubungan suu bangsa dengan prevalensi karies gigi. Hal ini karena perbedaan keadaan social ekonomi, pendidikan, makanan, cara pencegahan karies dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berada disetiap suku tersebut.
d. Letak geografis
Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan ini kemungkinan karena perbedaan lama dan intensitas cahaya matahari, suhu, cuaca, air, keadaan tanah dan jarak dari laut. Telah dibuktikan bahwa kandungan fluor sekitar 1 ppm air akan berpengaruh terhadap penurunan karies.
e. Kultur sosial penduduk
Faktor yang dapat mempengaruhi adalah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain.
f. Kesadaran, sikap, dan perilaku individu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi.






DAFTAR PUSTAKA

·         Anonim, 2008. www.lifestyle,okezone.com read 2008 12/02/27/169793/27/ Gigi Kurang bersih picu terjadinya karies. Diakes tanggal 23 Mei 2012.
·         Fankari. 2004. Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Stimulasi dan Demonstrasi Terhadap Perubahan Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Sekolah Dasar. Karya Tulis Ilmiah DIV Perawat Pendidik UGM. Yogyakarta.
·         Ruslawati, Y. 2001. Diet yang dapat Merusak Gigi pada Anak-anak. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta.


STERILISASI KAVITAS DAN TAHAPAN PENUMPATAN AMALGAM DAN GLASS IONOMER

TUGAS
 RESTORASI GIGI (KONSERVASI GIGI 1)
STERILISASI KAVITAS DAN TAHAPAN PENUMPATAN AMALGAM DAN GLASS IONOMER
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Restorasi Gigi (Konservasi Gigi 1)



Disusun Oleh :
Tiffanni Rismaya Dewi
NIM.P1337425216033


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
PRODI DIV KEPERAWATAN GIGI
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2018




Sterilisasi Kavitas

A.  Pengertian:
Sterilisasi kavitas adalah usaha membersihkan kavitas dari sisa-sisa mikroorganisme untuk mencegah berlanjutnya proses karies. Usaha ini dikerjakan setelah preparasi kavitas selesai dilakukan.
B.   Tujuan:
1.    Untuk menyingkirkan lapisan tipis debris atau sisa-sisa bahan tambal sebelumnya yang dapat mengganggu kemampuan adaptasi terhadap dinding kavitas.
2.    Untuk mencegah berlanjutnya proses karies.
C.   Langkah-langkah sterilisasi kavitas:
1.            Isolasi daerah yang kavitasnya sudah selesai dipreparasi dan dibersihkan dengan ekskavator sebagai tahap pembersihan awal, pada RA dengan cotton roll bagian labial/bukal dan RB dengan tongue holder.
2.            Ulangi pekerjaan membersihkan dengan ekskavator untuk mengambil jaringan lunak yang tersisa  dan sisa-sisa jaringan hasil preparasi kavitas
3.            Apabila sudah bersih kemudian untuk memastikan kebersihannya ulangi dengan cotton pellet basah (oleh aquadestilata)
4.            Ulangi beberapa kali sampai cotton pellet bekas ulasan bersih kemudian akhiri dengan ulasan cotton pellet yang kering dan ulangi beberapa kali sampai kavitas kering.

1. Tahapan Sterilisasi Kavitas pada Penumpatan Amalgam
a. Gigi dibersihkan dengan cotton pellet basah
b. Gigi dikeringkan dengan cotton pellet kering
c. Melebarkan jalan dengan menggunakan hatchet
d. Menghilangkan jaringan 
karies, dengan menggunakan excavator atau bor
e. Bersihkan lagi kavitas dengan cotton pellet basah
f. Keringkan kavitas dengan cotton pellet kering
2. Tahap Sementasi
a. Memanipulasi bahan semen
b. Melakukan penyemenan
3. Tahap penumpatan kavitas
a. Memanipulasi bahan amalgam
b. Meletakkan amalgam di kain mullin dan di peras menggunakan pinset
c. Memberikan bahan dengan amalgam stopper untuk rahang bawah dan amalgam pistol untuk rahang atas
d. melakukan penumpatan

1. Tahapan Sterilisasi Kavitas pada Penumpatan Glass Ionomer
a. Gigi dibersihkan dengan cotton pellet basah
b. Gigi dikeringkan dengan cotton pellet kering
c. Melebarkan jalan dengan menggunakan hatchet
d. Menghilangkan jaringan 
karies, dengan menggunakan excavator atau bor
e. Bersihkan lagi kavitas dengan cotton pellet basah
f. Keringkan kavitas dengan cotton pellet kering
2. Tahap conditioning
a. Bersihkan kavitas dan fissure yang dekat, dengan kondisioner selama 10 - 15 detik
b. Setelah itu dibersihkan dengan cotton pellet basah sampai kondisioner bersih
c. Keringkan dengan cotton pellet kering
3. Tahap penumpatan kavitas 
a. Gigi dijaga agar tetap kering
b. Aduk bahan adhesif
c. Masukkan adonan kedalam kavitas dan fissure yang berdekatan dengan plastis instrument
d. Dengan bantuan jari telunjuk (menggunakan hand schoen) yang sudah diolesi vaseline, tekan bahan tumpatan sampai mengeras.
e. Menghilangkan tumpatan yang berlebih dengan excavator





Daftar Pustaka




  1.         drg Endah Aryati E.MDSc.2017.Modul Bahan Ajar Ilmu Konservasi.DIV JKG Poltekkes Kemenkes Semarang.
  2.     drg Irma H.Y Siregar.2017.SOP & CSA Amalgam dan Glass Ionomer.PPT Bahan Ajar Dental Assistan.DIV Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang.

Gangren Pulpa


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah

Gangren Pulpa
Kesehatan mulut merupakan bagian fundamental dari kesehatan umum dan kesejahteraan hidup. Kesehatan mulut adalah kesejahteraan rongga mulut termasuk gigi geligi dan struktur serta jaringan-jaringan pendukungnya terbebas dari penyakit, rasa sakit, dan berfungsi secara optimal (Sriyono, 2009). Keadaan rongga mulut yang tidak sehat, misalnya banyak gigi yang dicabut karena karies akan mempengaruhi proses pengunyahan sehingga dapat mempengaruhi status gizi yang akan berdampak pada kualitas hidup seseorang (Ingle, dkk., 2010).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) prevalensi nasional masalah gigi dan mulut pada tahun 2007 sebesar 23,7 % dan meningkat pada tahun 2013 yaitu 25,9 %. Penyebab tingginya penyakit gigi dan mulut di Indonesia berkaitan dengan rendahnya kesadaran untuk melakukan perawatan dan mempertahankan gigi, didukung dengan rendahnya kebersihan rongga mulut yang menjadi awal penyebab penyakit gigi dan mulut (Departemen Kesehatan, 2008).
Karies merupakan penyakit yang sering terjadi pada masyarakat modern, dipengaruhi oleh gaya hidup (Kidd, dkk., 1991). Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang memfermentasikan karbohidrat sehingga terbentuk asam dan menurunkan pH, akibatnya terjadi demineralisasi jaringan keras gigi (Kidd dkk., 1991). Karies gigi terbentuk dari interaksi timbal balik dari empat faktor yaitu permukaan gigi yang rentan (host) dan saliva, mikroorganisme tertentu 2 (bakteri), fermentasi karbohidrat (subtrat) serta waktu (DeBiase, 1991). Menurut Sodang dan Hamada (2008), faktor sosial ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan, geografis, dan perilaku terhadap kesehatan gigi dapat mempengaruh keparahan terjadinya karies.
Gangren Pulpa Adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih hidup. Proses terjadinya gangrene pulpa diawali oleh proses karies. Karies dentis adalah suatu penghancuran struktur gigi (email, dentin dan cementum) oleh aktivitas sel jasad renik (mikro-organisme) dalam dental plak.Jadi proses karies hanya dapat terbentuk apabila terdapat 4 faktor yang saling tumpang tindih. Adapun faktor-faktor tersebut adalah bakteri, karbohidrat makanan, kerentanan permukaan gigi serta waktu. 
Perjalanan gangrene pulpa dimulai dengan adanya karies yang mengenai email (karies superfisialis), dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih dari 1mm. Selanjutnya proses berlanjut menjadi karies pada dentin (karies media) yang disertai dengan rasa nyeri yang spontan pada saat pulpa terangsang oleh suhu dingin atau makanan yang manis dan segera hilang jika rangsangan dihilangkan. Karies dentin kemudian berlanjut menjadi karies pada pulpa yang didiagnosa sebagai pulpitis. Pada pulpitis terdapat lubang lebih dari 1mm. pada pulpitis terjadi peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh darah, dan pempuluh limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika proses karies berlanjut dan mencapai bagian yang lebih dalam (karies profunda). Maka akan menyebabkan terjadinya gangrene pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang perforasi tersebut tercium bau busuk akibat dari proses pembusukan dari toksin kuman.




DAFTAR PUSTAKA

-       Penyakit gigi dan mulut, bursa buku senat mahasiswa fakultas kedokteran UNDIP,Semarang, 20072.
-       Prosedur tetap pelayanan medis penyakit gigi dan mulut, RS.DR.Kariadi/ Fakultaskedokteran UNDIP, Semarang, 19933.
-       Walton and Torabinajed. 1996. Prinsip dan Praktik Endodonsi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC